Semua tahu ada hal paling dituntut Indonesia kepada Belanda saat ini. Hal itu adalah pengakuan resmi dan secara hukum dari Raja Belanda atas keberadaan proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. ”Semua tahu Belanda tak pernah mengakui itu. Bahkan Raja Belanda ketika setahun silam berkunjung ke Indonesia tak menyinggungnya. Dia hanya meminta maaf atas kekerasan yang terjadi antara 1945-1950, bukan mengankui proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.”
Mengapa demikian? Batara menyatakan karena Belanda tahu bila mengakui proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan Indonesia konsekuensinya sangat besar. Belanda akan terkena tuduhan melakukan kejahatan perang dengan menyerbu sebuah negara berdaulat dan melakukan kekerasan tak terperi di kawasan itu. Akibat lainnya, Belanda harus bersiap membayar ganti rugi yang sangat besar kepada Indonesia.
”Maka ketika tahu Raja Belanda sampai kini tetap belum bersedia mengakui Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, saya langsung mengirimkan surat agar Indonesia bersikap tegas kepada Belanda. Ini misalnya melakukan pemutusan hubungan diplomatik karena Belanda tidak menghargai posisi Indonesia sebagai sebuah negara yang sederajat dengannya. Dan sikap yang sama saya juga sudah katakan melalui surat pada Presiden SBY pada tahun-tahun sebelumnya,” kata Batara.
Batara mengatakan soal Belanda di Indonesia itu tak hanya soal perbudakan. Ini soal terlalu sepele. Sebab, ada persoalan lain yang sangat besar adalah soal perampokan, pembunuhan, dan berbagai tindakan kejam lain yang tidak beradab kepada Indonesia, yang sebelumnya adalah terdiri dari wilayah kesultanan yang ada di Nusantara.
“Jadi sekali lagi, bukan porsi walikota Amsterdam bicara seperti itu. Kalau dia bicara soal itu maka dia justru merendahkan posisi Indonesia. Kita dikesankan tetap sebagai negara jajahan karena omongan itu hanya dikatakan dari mulut seorang pejabat Belanda tingkat lokal. Kami tak butuh permintaan maaf dari seorang walikota. Kalau berani dan mau, Raja Belanda biar yang mengatakan sembari mengakui bila kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Jadi kita bukan lega, malah tersinggung karena merasa dihinakan lagi,” katanya. (rpk)