Akhirnya Taliban kembali menguasai Afghanistan. Harap-harap cemas mewarnai masyarakat dunia atas masa depan Afghanistan di bawah Taliban yang telanjur dicap dengan kekerasan, kejam, dan sejenisnya. Tapi perlu dicatat, penguasaan Taliban atas Kabul bisa disebut mulus tanpa pertumpahan darah. Ada apa sebenarnya? Dan bagaimana masa depan Afghanistan kelak? Berikut wawancara wartawan DutaIndonesia.com dengan dosen Universitas Muhammadiyah Malang yang juga mahasiswa S3 jurusan Hubungan Internasional Jawaharlal Nehru University New Delhi India, Mohd Agoes Aufia. Berikut kutipanya.
Sebagai orang yang menggeluti ilmu hubungan internasional, bagaimana Mas Agoes melihat kudeta Taliban di Afghanistan ini?
Pertama, kudeta ini adalah konsekuensi perjanjian bernama Doha Agreement pada February 2020 antara AS-Taliban di mana salah satu klausulnya yaitu AS menyepakati penarikan pasukan AS beserta sekutunya (NATO) di Afghanistan sejak 2001. Ketiadaan backing militer dari AS terhadap pemerintahan demokratis Afghanistan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kudeta ini.
Kedua, ini sebagai fenomena kompetisi perebutan kekuasaan sekaligus “transfer of power” atau perpindahan kekuasaan yang terjadi pada lingkup perpolitikan domestik Afghanistan mau tidak mau harus menjadi realitas perpolitikan di negeri ini dan Taliban muncul sebagai kekuatan dominan.
Berita Terkait: Kuasai Afghanistan Taliban Janji Lebih Moderat
Kedua, secara internasional, apakah pemerintahan yang dibentuk Taliban kredibel dalam menjalankan hak dan kewajiban dalam hubungan antar negara sesuai Piagam PBB dan tidak menjadi sponsor gerakan teroris yang begitu melekat dengan kelompok ini.
Dua hal ini akan terjawab seiring waktu berjalan tergantung bagaimana cara Taliban menjalin komunikasi, menyampaikan pandangan, mengeluarkan kebijakannya hingga praktek di lapangan kepada rakyatnya, negara lain yang telah menjalin hubungan bilateral serta masyarakat dunia pada umumnya. Ini bisa dipahami karena saat dulu Taliban begitu terbatas bahkan tertutup untuk mengaktualisasikan visi bernegaranya ke depan untuk Afghanistan dan sekarang pintu itu terbuka lebar.