HONGKONG|DutaIndonesia.com – Angka kematian pekerja migran Indonesia (PMI) di Hongkong asal Jawa Timur (Jatim) dinilai cukup tinggi. Informasi dari rumah pemulasaran jenazah Happy Valley, Hongkong, hingga Rabu 13 Oktober 2021, setidaknya ada tiga jenazah PMI di daerah bekas koloni Inggris itu antre untuk dimandikan dan disalati kemudian dipulangkan ke Indonesia. Dua di antara jenazah PMI itu berasal dari Jatim.
Sehari sebelumnya, Selasa 12 Oktober 2021, seorang PMI asal Blitar Jawa Timur juga dilakukan pemulasaran di Happy Valley. Jenazah PMI bernama Sunarti itu juga diterbangkan ke Indonesia untuk dimakamkan di kampung halamannya keesokan harinya.
Akhir September 2021, jenazah PMI asal Lumajang bernama Sri Wahyuningsih juga dipulangan untuk dimakamkan oleh keluarganya di pemakaman Kepuharjo Lumajang Jawa Timur, Sabtu 25 September 2021 malam.
Jenazah Sri pemulasarannya juga dilakukan di Happy Valley Muslim Cemetery Hongkong pada Jumat pagi. Enam hari kemudian PMI di Hongkong asal Ponorogo bernama Widodo (52 tahun) juga dipulangkan ke kampung halamannya.
Jenazah Widodo yang dikenal sebagai tokoh warok/reog di Hongkong itu dimandikan di tempat pemulasaran jenazah Happy Valley Muslim Cemetrry Hongkong Kamis 30 September 2021. Selanjutnya jenazah diterbangkan ke Tanah Air Jumat keesokan harinya.
Saat ini tiga jenazah antre untuk dimandikan lantaran harus menunggu proses otopsi dan administrasi. Proses ini biasanya membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Setelah semua clear, jenazah PMI dikirim ke rumah pemulasaran jenazah Happy Vally Cemetery Hongkong.
Salah seorang petugas pemulasaran jenazah di Happy Valley, Hj Fatimah Angelia, mengaku sedih banyak PMI, khususnya asal Jatim, meninggal dunia di Hongkong.
Fatimah yang asal Surabaya ini semakin sedih saat berkomunikasi dengan keluarga PMI yang meninggal tersebut via aplikasi What’sApp atau Zoom untuk mengetahui proses pemulasaran atau menanyakan kapan jenazah dimandikan.
Misalnya, komunikasi dengan keluarga PMI asal Ponorogo yang jenazahnya masih antre menunggu dimandikan sebab proses administrasinya belum selesai.
“Keluarganya di Ponorogo tanya kapan dimandikan,” kata Hj Fatimah kepada DutaIndonesia.com dan Global News Rabu 13 Oktober 2021.
Hampir semua PMI yang meninggal di Hongkong dipulangkan ke Tanah Air. Biasanya langsung diterbangkan dan tiba di Indonesia keesokan harinya.
Hal itu sebelumnya sudah terjadi pada PMI almarhumah Siti Wahyuningsih asal Lumajang yang dimakamkan pada malam hari begitu jenazah tiba di kampung halamannya. Siti disebut meninggal karena serangan jantung.
Begitu pula Widodo asal Ponorogo. Pria yang dikenal sebagai tokoh yang mempopularkan seni reog Ponorogo di Hongkong–misalnya bila hari libur sering tampil di Victoria Park–ini juga diduga serangan jantung saat berada di kereta bawah tanah hingga yang bersangkutan pingsan. Saat dilarikan ke rumah sakit, Widodo sudah dipanggil Sang Khaliq.
Bagi Hj Fatimah, mati, jodoh, dan rezeki milik Allah. “Artinya, kontraknya dengan Allah sudah habis. Jadi, takdirnya seperti itu, bukan disebabkan kondisi PMI yang sering disebut tidak enak. PMI di Hongkong itu hidupnya enak. Gaji lumayan besar sekitar Rp 10 juta per bulan, punya hak libur sehari dalam seminggu, biasanya diambil hari Minggu biar bisa kumpul dengan teman PMI lain. Pekerjaannya juga tidak terlalu berat,” kata Hj Fatimah.