Zaimatus Sadiyah sudah biasa mengelana menuntut ilmu. Menjejak sekujur bumi Allah. Mulai dari Lumajang, Jawa Timur, hingga Nijmegen. Sebuah kota kecil di negeri Belanda yang berbatasan dengan Kranenburg, Jerman.
Oleh Gatot Susanto
ZAIMATUS SADIYAH sudah merasa
Bahkan pelajaran cara hidup yang Islami, meski daerah ini dibangun dengan peradaban Romawi, dengan bangunan berarsitektur menawan atau museum yang terawat indah.
“Selama kurang lebih 2,5 tahun tinggal di Belanda, ada beberapa hal yang bisa kami pelajari. Yang pertama soal pengelolahan sampah atau waste management. Kami dituntut untuk memilah-milah sampah sejak dari rumah,” katanya.
Sudah tersedia plastik dengan warna tertentu yang membedakan jenis sampah, dan tentu saja plastik-plastik itu adalah produk daur ulang. Selain itu, pemerintah juga menyediakan composter di setiap sudut kompleks tempat tinggal untuk menampung sampah organik.
“Untuk sampah plastik, kertas dan sampah lain yang tidak masuk dalam kategori ini sudah ada jadwal tetap. Tidak hanya itu, untuk pakaian, sepatu, minyak goreng sisa dan semua jenis limbah sudah ada aturan yang jelas dan harus diikuti,” kata Zaimatus Sadiyah kepada DutaIndonesia.com dan Global News Rabu 13 Oktober 2021.
Kedua, kata dia, adalah prinsip kesalingan (tradisi timbal balik, Red.) dalam relasi rumah tangga. Prinsip egalitarianism yang mengakar kuat di tengah masyarakat di kota ini menjadikan setiap pasangan mampu memainkan peran domestik dan publik dengan seimbang.
Maka, pemandangan lelaki mendorong kereta bayi sambil berbelanja di supermarket banyak ditemukan di mana-mana. Begitu pula para pria menemani anak-anak balitanya menghabiskan waktu di perpustakaan dengan sabar dan telaten, juga sudah lumrah di Kota Nijmegen dan kota-kota lain di Belanda.
“Mungkin pemandangan ini juga bisa kita temukan di Indonesia tapi masih sangat jarang dan bukan menjadi fenomena umum. Padahal dua hal ini, yakni waste management dan kesalingan, sejatinya bukan hal yang baru dalam Islam, namun sayang kita belum mampu melaksanakannya dalam kehidupan nyata dengan baik di negeri kita sendiri,” kata istri Ahmad Afnan Anshori ini.
Sang suami orang Jombang, Jatim, yang juga menempuh pendidikan doktor di Radboud Universiteit, Nijmegen.