Catatan Pameran Moving, Spontan dan Instingtual

oleh

Oleh: Mayek Prayitno

SENI rupa modern berhutang banyak pada seni prasejarah, ketika manusia purba menorehkan nalurinya pada kedalaman tembok gua – gua sebagai gambar cadas. Ada juga batu – batu yang disusun sedemikian tata rupa menjadi wahana interaksi kepada Roh atau Tuhan. 

Instrumen cadas ini memiliki kandungan kosmotik, pesan implisit dalam rupa simbol, berisikan maksud dan harapan. Zaman sekarang disebut Agama, dikemudian hari media ritual berupa batu atau patung disasar, diselewengkan lalu disalah artikan. Seni dan Agama berkait kelindan tapi dari mana mereka berasal? Insting. Dalam psikobiologi, sistem saraf merupakan representasi insting. Dari pada itu, insting memerlukan pemenuhan atas kebutuhan.

Baca Berita Terkait: Dua Pelukis Moving dari Pandemi Covid-19 di Batu

Insting tersebar didalam alam bawah sadar menunggu keluar. Sarang dari naluri instingtif ; rasa lapar, haus, menghindari rasa sakit, cinta, kebutuhan seksual, kreativitas, memori dan lain – lain. Ia memiliki prinsip kenikmatan. Selain itu, aspek alam bawah sadar ini mencerap realitas diluar dirinya, tidak lain kenyataan sehari – hari yang disedot dan diadaptasi secara spesifik oleh panca indera kita.

Cara manusia merepresentasikan serapan dari banyak hal salah satunya melalui citraan simbolis yang seringkali bermakna ganda, samar bahkan tak terpahami. Terkadang sepenuhnya tak bisa dijelaskan dan terdefinisi. Simbol – simbol itu muncul dalam berbagai karakter disetiap kebudayaan dan beroleh makna ketika ditafsir. Dalam pengertian, media dan bentuk simbol tertentu “disuntik” oleh sesuatu yang bersifat sakral, konseptual atau dengan tujuan – tujuan tertentu.

Kecenderungan yang lebih umum, simbol seni modern sering dianggap sebagai seni yang merepresentasikan nilai subyektif. Sebuah nilai yang bergantung kepada subyek senimannya, namun dengan pembaruan seni posmodern, ia tidak bergantung pada satu hal tapi lebih dari berbagai konteks, nilai dan perspektif. 

Dengan lintasan jaman dan wacananya, seni salah satu media yang bisa menyuarakan jamannya disadari atau tidak. Terutama ketika simbol seni berbicara mengenai subyektifitas pembentukan diri “utuh dan terpecah”, reaksi psikologis terhadap kontek sosial – global, atau pada tataran nihilisme, yakni ketika simbol tidak merepresentasikan apapun. Pada tahap kebingungan – kebingungan ini, simbol seni bisa muncul dengan aneka cara dan bentuk sporadik dari hasil bermacam pengaruh, kesukaan, pengalaman, pengetahuan seniman atau perupanya.

IKLAN: Kunjungi Resto & Kafe GAS di Jl. Raya Tlekung Kota Batu. Harga murah, rasanya lezat!

No More Posts Available.

No more pages to load.