Dari Konferensi Ke-3 PCI NU Belanda, Gus Yahya: Diperlukan Visi Besar yang Melampaui Berbagai Krisis

oleh
Katib Aam Syuriah PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

Konferensi internasional yang digelar oleh PCINU Belanda tahun 2021 resmi dibuka pada Senin (23/8/2021). Banyak topik menarik terungkap dari forum ini. Berikut laporannya.

Laporan Adrian Perkasa dari Belanda

KONFERENSI internasional dua tahunan yang digelar PCINU Belanda tahun ini merupakan yang ketiga. Setalah konferensi pertama sukses digelar di Kota Amsterdam bekerjasama dengan Vrije University (2017) mempromosikan tema “Islam Nusantara” ke ranah global, dan yang ke-2 di Kota Nijmegen bekerjasama dengan Radboud University (2019) mengusung tema “Al Wasatiyya Islam”, tahun ini mengangkat tema khusus di tengah pandemi Covid-19, yaitu “Reimagining Religion in the Time of Crisis”.

Konferensi ini digelar secara daring melalui platform zoom meeting di mana pada saat acara pembukaan dihadiri lebih dari 150 orang. Pengurus PCINU Belanda, Ayu Swaningrum, yang juga merupakan kandidat doktor dari Universitas Leiden, menjadi pemandu acara ini.

Besarnya perhatian publik juga terlihat dari banyaknya penonton yang mengikuti melalui siaran langsung maupun siaran tunda pada beberapa kanal media NU di Indonesia. Acara yang berlangsung hingga Jumat 27 Agustus 2021 ini antara lain menghadirkan cendekiawan NU Ulil Abshar Abdalla sebagai pembicara kunci dan Katib Aam Syuriah PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, Mayerfas, membuka konferensi yang diikuti oleh lebih dari tiga puluh presenter dari beragam latar belakang dan disiplin ilmu tersebut. Dalam pembukaannya Mayerfas menyebutkan bahwa prakarsa yang dilakukan oleh PCINU Belanda ini merupakan upaya penting yang dilakukan oleh organisasi muslim terbesar di Indonesia dalam berkontribusi mengampanyekan moderasi beragama.

Setelah dibuka, pembicara kunci dalam konferensi ini, Ulil Abshar Abdalla, memberikan pemaparan selama lebih kurang 45 menit. Dalam paparannya Ulil menggarisbawahi tema krisis kaitannya dengan sejarah peradaban Islam.
Pijakan utama yang harus dipahami adalah kenyataan bahwa peradaban Islam juga mengalami apa yang ia sebut dengan continuous history of Islam, yaitu sejak tahun pertama peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW hingga menjelang berkuasanya kekuatan kolonial Eropa ke “Muslim Land”.

No More Posts Available.

No more pages to load.