Inilah kisah diplomat muda Arya Daru Pangayunan yang sangat inspiratif. Dia adalah Sekretaris Ketiga Fungsi Politik di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dili (2018-2020); dan Sekretaris Ketiga Fungsi Ekonomi, Sosial, dan Budaya di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Buenos Aires sejak 2020 sampai sekarang.
Oleh Arya Daru Pangayunan
Batu Loncatan di Wall Street Institute
WALAUPUN disibukkan dengan kursus fotografi dan hunting foto, saya semakin desperate untuk mendapatkan pekerjaan. Alasan kuat saya adalah agar bisa segera menikah dengan Pita.
Saya menghadiri semua job fair dan mendaftar setiap lowongan pekerjaan dimana saya memenuhi kriteria, termasuk management trainee di berbagai bank dan perusahaan multinasional, namun tidak ada yang lolos.
Hingga suatu hari ketika sedang “apel” ke rumah Pita, Pita menunjukkan iklan lowongan pekerjaan di koran, yang menyebutkan bahwa Wall Street Institute (WSI), sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris di Jakarta membutuhkan tutor Bahasa Inggris. Saat itu saya sudah dalam tahap “siap melakukan pekerjaan apapun dengan gaji berapapun” karena sudah benar-benar desperate. Saya pun langsung mengirimkan lamaran dan dalam waktu yang tidak terlalu lama saya diminta untuk melakukan wawancara di Jakarta.
Saya pun berangkat ke Jakarta dan menginap di rumah Bude Sri, kakak kandung Ibu saya, di daerah Pondok Pinang. Sejak kecil, setiap kali ke Jakarta pasti saya menginap di rumah Bude. Rumah Bude bagi saya seperti rumah kedua saya.
Proses wawancara cukup cepat dan straight forward, bertempat di kantor pusat WSI di Menara Ratu Plaza. Setelah wawancara di bagian HRD, saya diminta mengerjakan tes Bahasa Inggris, lalu wawancara dengan manajer WSI Ratu Plaza bernama Patrick. Saya tidak mempedulikan berapa gaji yang akan saya dapatkan, yang penting saya memiliki pekerjaan.
Melihat niat dan antusiasme saya untuk bekerja – dan kemampuan Bahasa Inggris yang cukup baik tentunya, oleh Patrick saya langsung diberi pilihan untuk bekerja di salah satu center WSI, antara WSI Pondok Indah Mall (PIM), WSI Ratu Plaza, atau WSI La Piazza Kelapa Gading.
Dalam beberapa detik saya berpikir, jiwa adventur saya muncul, dan memutuskan memilih untuk ditempatkan di WSI La Piazza Kelapa Gading dengan alasan bahwa saya menginginkan untuk explore tempat baru. Saya sudah sering lewat PIM dan Ratu Plaza, dan justru sama sekali buta dengan La Piazza. Saya anggap bekerja di Kelapa Gading akan menjadi sebuah tantangan yang menarik.
Saya pun langsung diminta melakukan wawancara dengan manajer WSI La Piazza Kelapa Gading bernama Sarah di hari berikutnya. Karena penggunaan GPS belum lazim, saya mempelajari peta Jakarta untuk menemukan jalan menuju La Piazza Kelapa Gading. Saya dipinjami mobil Bude, sebuah Kijang Super tahun 1995. Saya berangkat beberapa jam sebelum jadwal wawancara karena takut terkena macet, terlebih karena jarak rumah Bude di daerah Pondok Pinang menuju Kelapa Gading cukup jauh. Untung saya berangkat awal dan berhasil tiba satu jam sebelum waktu wawancara.
Wawancara berjalan lancar, terlebih lagi saya sudah mendapatkan rekomendasi dari bagian HRD dan juga Patrick, manajer dari WSI Ratu Plaza. Saya pun diterima sebagai tutor Bahasa Inggris di WSI La Piazza Kelapa Gading.
Ketika ditanya kapan siap untuk mulai bekerja, saya menjelaskan bahwa saya merantau dan membutuhkan tempat kos di dekat tempat kerja sebelum dapat mulai bekerja. Saya terkejut ketika Sarah seketika itu menelepon bagian HRD WSI untuk membantu saya mencarikan tempat kos di daerah Kelapa Gading agar saya dapat segera mulai aktif bekerja.
Baca Juga: Kisah Perjalanan Diplomat Muda Indonesia (Bagian 1): Cita-cita dan Cinta
Saya disediakan sopir dan didampingi oleh seseorang dari bagian HRD WSI untuk mencari tempat kos. Tidak sampai setengah hari berputar-putar di daerah Kelapa Gading, saya mendapatkan kos yang cukup layak di Jalan Pelepah Indah II dengan biaya sewa Rp 800 ribu per bulan, yang hanya membutuhkan waktu 5 menit jalan kaki menuju WSI La Piazza Kelapa Gading. Kamar kos yang saya dapatkan kecil, mungkin hanya 2,5 x 2 meter, dengan AC, namun tanpa jendela, dan tanpa kamar mandi di dalam kamar. Tapi di kos ada orang yang membantu membersihkan kamar dan mencuci pakaian sehingga saya tidak direpotkan urusan cuci-jemur-setrika.