Tidak mudah memimpin organisasi sebesar Muslimat Nahdlatul Ulama (MNU) meski lingkupnya Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Hongkong. Masalahnya sangat kompleks. Sebab anggotanya Pekerja Migran Indonesia (PMI) di negara lain. Dicurigai. Bahkan sempat akan dikudeta pihak lain dialami Ketua PCI MNU Hongkong Hj. Fatimah Angelia. Berikut penuturan Hj Fatimah kepada wartawan DutaIndonesia.com dan Global News, Gatot Susanto.
Laporan Gatot Susanto
HONGKONG hari ini masih lockdown. Peraturannya ketat. Petugas juga tegas. Misalnya duduk bersama hanya boleh empat orang. Saat makan di restoran pun hanya boleh empat orang. Lebih dari itu didenda. Meski tak ada aturan lebih dari 20 menit.
Begitu juga dengan masker. Hukumnya wajib. Semua orang harus pakai masker, baik di ruang kantor sendiri, atau ruang terbuka lain. Diimbau pula rajin cuci tangan. Pemerintah Hongkong dan KJRI juga membantu masker untuk warga negara Indonesia (WNI). Khususnya PMI (Pekerja Migran Indonesia)–nama lain untuk TKI atau TKW.
Tapi KJRI sering memberikan bantuan masker ke lokasi pinggiran kota. Sedang di dalam kota, termasuk Kantor Pengurus Cabang Istimewa Muslimat Nahdlatul Ulama (PCI MNU) Hongkong, yang juga menjadi tempat berkumpulnya para WNI, sampai hari ini belum mendapat bantuan masker.
“Ya, mungkin karena KJRI-nya senang bagi-bagi masker sekaligus berlibur sehingga dicari yang jauh, sementara yang di tengah kota, tidak jauh dari KJRI, dilupakan hehehe. Yang dekat malah belum dapat. Bahkan saya sampai sowan ke KJRI dijawab minggu depan, tapi minggu depan juga tak datang. Kami terus bilang, kami tunggu Bu kedatangannya sama teman-teman di sini, tapi tak datang juga. Lama-lama saya tak SMS lagi. Jadi hingga sekarang belum diberi hehehe,” kata Ketua PCI MNU Hongkong Hj. Fatimah Angelia kepada DutaIndonesia.com dan Global News Rabu 28 Juli 2021.
Para pekerja migran Indonesia (PMI) suka berkumpul bersama temannya sesama WNI bila hari libur. Khususnya Minggu. Mereka kerap mengadakan acara makan-makan bersama di taman. Namun, aturan di masa pandemi Covid-19 membatasi aktivitas mereka. Selain itu juga meninggalkan sampah sehingga harus berurusan dengan petugas kebersihan taman.
“Para PMI menyebut petugas kebersihan taman ini dengan sebutan pakde pasar. Biasanya kena denda. Karena itu mereka bersyukur Muslimat Hongkong punya markas sendiri sehingga bisa dipakai kumpul makan-makan dengan leluasa di sini, bisa buka masker, tanpa disemprit petugas pakde pasar, tentu saja itu yang di luar program resmi Muslimat,” katanya.
Namun, Fatimah tetap menekankan pentingnya menjaga kesehatan sebab itu aset sangat berharga. Karena itu, bila datang ke kantor Muslimat harus benar-benar sehat demi semua anggota. Saling menjaga.