Entin Gartini Gelar Karya di Vancouver Fashion Week 2022: “Le Charme de La Nature”

oleh
Salah satu karya Entin Gartini.

VANCOUVER|DutaIndonesia.com – Menghadirkan tampilan berbalut kain bernuansa warna alam tentu tidak semata hanya dari segi keelokannya, namun juga berusaha menciptakan warna dan motif melalui cara alami yang tidak mencemari alam. Menggunakan apa yang bisa kita peroleh dari alam, serta proses yang ramah lingkungan.

Menghadirkan tema feminin dalam koleksi terbarunya kali ini, Entin Gartini bermain dengan kain-kain eco-print dengan cutting dan detail feminin seperti ruffle, pita, serta memadukannya dengan material lace. Secara keseluruhan, koleksi ini merupakan perpaduan gaya feminin dan kecantikan alam.

Untuk koleksi “Le charme de la nature” kali ini Entin berkolaborasi dengan 1 UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dari Indonesia, mereka adalah Basemah Pagar Alam yang berada di bawah binaan Rahma Munto Via Ningrum, seorang penggiat ecoprint sekaligus Ketua GOW (Gabungan Organisasi Wanita) yang telah eksis sejak 2020. Entin Gartini juga menggandeng Unit Pelaksana Teknis Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang di bawah Rini Sulistiyowati,S.Adm.,Mpsi, selaku Kasi Kegiatan Kerja Narapidana Semarang Indonesia di mana mereka membuat tas wanita sulam pita sebagai pelengkap busana-busana yang akan ditampilkan Entin Gartini dalam Vancouver Fashion Week 2022 (VFW 2022).

Nah, untuk tampil dalam VFW 2022 sendiri, Entin mendapat dukungan penuh dari ITPC (Indonesian Trade Promotion Center) Vancouver. Robby Handoko, Kepala ITPC Vancouver dan Hendra Halim, Konsul Jenderal RI di Vancouver, sangat mendukung Entin dalam VFW 2022 bukan hanya dari segi mengenalkan produk asli Indonesia agar dikenal dunia, tapi juga karena produk-produk yang akan ditampilkan merupakan produk yang ramah lingkungan dan ada unsur ‘berkelanjutan’ di dalamnya. Sebuah nilai plus bahwa fesyen yang Indonesia banget mengandung unsur alam dengan segala potensinya.

Motif eco-print sendiri meskipun bisa kita temui di mana saja, namun beberapa memiliki ciri khasnya sendiri. Dan yang menjadikannya khas ‘Indonesia banget’ adalah bentuk dedaunan yang hanya dijumpai di Indonesia. Motif dedaunan tersebut antara lain daun tegaron, kalpataru, tanjung, jati, jarak merah, ketapang, minyak kayu putih, kulit batang minyak katun putih, bunga dan daun kenikir, serta bunga marrygold.

Adapun nuansa warnanya juga khas warna-warna alam seperti putih, krem, cokelat, hijau, dan terakota. Apabila Anda bertanya-tanya, apa ya, yang digunakan untuk menciptakan warna-warna alam tersebut? Ini dia bocorannya.

Untuk warna hijau pekat, menggunakan tegeran dan indigo. Sedangkan warna hijau yang lebih ke arah lemon, menggunakan tegeran fiksasi tunjung. Nuansa cream menggunaan tanin teh atau kopi, secang dan kapur untuk warna merah fuschia, gambir fiksasi air tawas atau air kapur tohor yang sangat muda akan menghasilkan warna kuning.

Sedangkan gambir mix tingi fiksasi kapur akan menghasilkan perpaduan warna gold-coklat, dan abu-abu atau dark grey menggunakan gambir fiksasi tunjung atau jolawe dengan fiksasi kapur.

Masing-masing daun memiliki bentuk yang unik. Setelah masing-masing dicetak pada selembar kain kita seperti melihat refleksi keindahan alam, yang memang menjadi inspirasi Entin untuk koleksi kali ini. Ia mencintai segala sesuatu yang bersumber dari alam dan juga tempat-tempat indah nan eksotik.

Berkreasi dengan motif-motif melalui teknik eco-printing tentu saja untuk mendapatkan motif yang otentik, sekaligus mendapatkan warna natural yang tercipta dari proses pembuatannya. Proses yang alami pada selembar kain merupakan refleksi dari alam itu sendiri.

Koleksi kali ini berbeda dengan koleksi-koleksi Entin sebelumnya. Pertama, dari segi material yang mejadi ‘super star’-nya, yakni eco-print. Kedua, nuansa warnanya, dan yang ketiga, detail-detail yang menyuarakan aura feminin.

Sebelumnya, Entin Gartini kerap menggunakan warna-warna yang tegas, atau konsep ‘color-blocking’. Selain itu, dari segi potongan banyak menggunakan teknik asimetris, sama sekali tidak dijumpai tanda-tanda feminin seperti pada koleksi “Le charme de la nature” kali ini; ruffle yang bersusun-susun, dress mini yang ber-siluet, pita-pita, dan juga lace.

“Saya yakin kalau kombinasi antara eco-print dan pola desainnya akan membawa nuansa Spring yang tak terlupakan,” ungkap Entin.

Yang menjadi ciri khas dari koleksi terbarunya ini, seperti yang telah disebutkan diawal, adalah cutting ber-layer dan detail ruffle yang terdapat pada tiap outfit. Long dress dan mini dress akan mendominasi look secara keseluruhan.

Karena tujuannya adalah untuk menangkap dan menempatkan sisi romantisme perempuan kedalam satu wadah. Perpaduan kain eco-print dan material lainya seperti satin silk, organza, tulle, dan suede, akan menciptakan tampilan yang ringan. Sebuah look yang ‘melayang dengan sempurna’.

Entin memiliki keinginan kuat untuk membangkitkan kembali perekonomian Indonesia dari segi fesyen, setelah terjun bebas selama pandemi ini. Harapannya, koleksi ini akan mengangkat motif eco-print supaya lebih dikenal luas di dunia mancanegara, dan ketika orang-orang membelinya, otomatis akan menaikkan pendapatan para UMKM juga.

“Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Kanada, saya ingin menjadi ‘penyambung’ supaya mereka bisa memperkenalkan produknya secara global,” ujar Entin.

Ia pun menambahkan, “Kalau saya bisa menyelenggarakan fesyen show (di luar negeri), dan sekaligus bisa menaikkan perekonomian Indonesia, kenapa tidak? Lalu kalau kedepannya saya masih memiliki kesempatan untuk menyelenggarakan fesyen show, saya akan mengangkat pariwisata Indonesia sebagai inspirasi utamanya,”.

Satu hal lagi yang tak luput dari tujuannya mengapa memilih kain ecoprint, karena Entin ingin mengajak siapa saja supaya lebih peduli terhadap lingkungan. Karena kalau bukan kita, lalu siapa yang akan menjaga dan melestarikannya? Seperti yang telah kita ketahui, dalam satu dekade terakhir dunia fesyen sekarang telah merujuk pada segala hal yang sustain atau berkelanjutan, yang tujuannya tentu saja agar industri fesyen tidak menjadi penyumbang limbah dan polusi terbesar di dunia.

Para desainer fesyen mulai menggunakan cara inovatif dengan cara menggunakan material yang lebih sustainable, atau menerapkan zero waste, dan ini bisa mengurangi polusi laut hingga 50%.

Secara umum manusia membutuhkan pakaian, dan industri fesyen menjadi kecintaan akan kebutuhan pokok karena hal tersebut menjadi bagian dari identitas kita, sekaligus membantu memajukan ekonomi, terlepas dari isu lingkungan dan sosial. Sehingga untuk menjaga sumber daya alam dan memajukan manusianya, industri fesyen harus melakukan langkah besar. Sebagai pelaku fesyen, kita harus bertanggungjawab terhadap dampak yang ditimbulkan dari bisnis yang kita jalani.

Dengan membuat kain ecoprint, orang Indonesia bisa berkarya bersama-sama memberdayakan komunitasnya, dengan bujet yang terjangkau dan tidak butuh mesin. Yang artinya, mereka tidak perlu membeli kain impor lagi. Pada sisi lain, orang Kanada pun menyukai fesyen dan kehidupan yang sederhana dan ramah lingkungan, sehingga mereka pun sangat mendukung sustainable fashion dan harga yang bisa dijangkau semua orang.

Membuat karya dan juga mengenakan karya eco-print juga bagian dari menerapkan sustainable fashion. Teknik pewarnaannya menggunakan bahan-bahan alami. Limbah airnya tidak seperti limbah tekstil atau limbah cairan kimiawi yang bisa merusak alam, atau bahkan berbahaya untuk kesehatan manusia.

“Kain-kain eco-print tersebut akan sangat membantu menjaga keseimbangan lingkungan kita, dan siapa sangka kalau dengan menjaga dan melestarikannya bisa menghasilkan sesuatu yang sangat cantik sekaligus bisa dikenakan sehari-hari?” tutur Entin. (gas)

No More Posts Available.

No more pages to load.