Para traveller menyimpan banyak kisah menarik. Apalagi kaum backpacker. Para solo traveller itu menjelajah berbagai negara sendiri. Hanya berteman Tuhan. Selain pengalaman berinteraksi dengan berbagai macam manusia dengan berbagai karakter dan tradisi budayanya, mereka juga harus menghadapi petugas Imigrasi, yang kadang super sangar. Ya, petugas Imigrasi ini bisa menentukan nasib para traveller di negara asing itu. Apakah bisa melenggang masuk negara tersebut, atau ditolak dan dideportasi. Yang lebih ekstrem lagi, ditahan di Imigrasi. Salah seorang yang mengalami nasib apes dideportasi adalah MOHAMAD ANSORI, bos Gift Travel, Semarang, Jawa Tengah. Berikut kisahnya.
Oleh Gatot Susanto
PENGALAMAN berlibur ke Jepang ini tak akan pernah saya lupakan. Saat itu saya masih bekerja sebagai staff lokal di Garuda Seoul, Korea Selatan, tapi sekarang sudah resign dan membuka usaha di Semarang. Saya membuka usaha travel sendiri, dan bermitra dengan Garuda.
Namun, pengalaman di Jepang itu sungguh membekas di hati saya. Tak akan terlupakan seumur hidup saya. Bayangkan, dideportasi dari Jepang wkkwkwk.
Saya ke Jepang dalam rangka liburan saja di Bulan April 2019. Tidak ada kejadian istimewa apa pun seingat saya. Belum ada pandemi Covid-19. Tidak ada juga isu besar, seperti terorisme.
Ya, inilah yang namanya apes. Mungkin Allah tengah menegur saya. Sebab, mungkin, saya sombong. Sebagai orang yang bekerja di maspakai, sudah biasa pergi keliling dunia, dan memang tidak pernah menghadapi masalah. Karena itu, saya sama sekali tidak berpikir akan menghadapi kejadian ekstrem seperti ini di Jepang. Sebab, semua dokumen sudah lengkap. Begitu pula hotel dan teman di Jepang sebagai penjamin.
Dalam hitungan perjalanan sudah oke. Tapi siapa sangka saat masuk Imigrasi saya bertemu petugas yang super aneh. Saat itu saya landing di Bandara Osaka. Saat melewati Imigrasi lama banget, terus digiring ke ruang khusus untuk diinterogasi.
Saya antara lain ditanya, mau ngapain ke Jepang? Saya jawab traveling. Ditanya lagi menginap di mana? Nah, pas pertanyaan ini, hotel yang dipesankan oleh tamen yang stay di Jepang untuk saya, ternyata tercancel. Bahkan, kita sampai diteleponin ke hotelnya. Dan memang tercancel.
Akhirnya saya bilang, ya sudah saya booking baru saja. Ternyata tetap gak boleh. Terus saya bilang, saya ada yang jamin. Kebetulan saya bekerja di maskapai, dan temen saya bertugas jadi manager airlines di Bandara Osaka, hingga akhirnya temen saya itu nyamperin ke imigrasinya.
Teman saya pun ngomong panjang lebar tentang saya tapi tetap belum diizinkan masuk ke Jepang. Saya lalu ditanya bawa uang berapa? Kebetulan saya habis balik dari Eropa, sehingga masih membawa Euro, dollar, Rial Saudi, Won Korea, ada 3 CC saya kasih. Tapi toh tetap saja petugas itu keukeuh gak boleh masuk. Alasannya saya tidak jelas mau ngapain di Jepang. Padahal, sudah diberi tahu, mau mau liburan!
Dan saat akhirnya temen saya yang jamin saya di Jepang izin sholat Ashar, saya “dipaksa” tanda tangan yang menyatakan bahwa saya bersedia dideportasi. Ya sudah. Sudah berbagai upaya dilakukan tapi tetap saja gak bisa, mau tidak mau saya harus keluar dari Jepang saat itu juga.